Selasa, 13 Oktober 2009

SEJARAH PENDIDIKAN PESANTREN

Pada tahu 1961 – 1980 ada dua sistem yang dijalankan di PPSQ Asy-Syadzili yaitu:
Santri yang mukim di pesantren khusus menghafal Al-Qur'an.
Santri yang setiap hari pulang dan belajar mengaji Al-Qur'an dengan cara bi nadlor.
Dan yang sangat istimewa dari sistem pengajaran beliau dan tidak dapat ditemukan di pesantren manapun adalah setoran hafalan Al-Qur'an dilakukan satu per satu oleh para santri secara bergantian, kemudian santri membacakan hasil hafalannya berulang-ulang hingga tidak ada kesalahan pada hafalan santri tersebut, setelah selesai beliau (mu'assis) membacakan makro' yang akan dihafalkan oleh santri kemudia santri membacakan kembali makro' yang telah dibacakan tadi sampai tidak ada kesalahan pada bacaan santri tersebut, dengan system tersebut satu santri bisa memakan waktu 30 menit untuk melakukan setoran hafalan, sehingga waktu beliau (mu'assis) habis untuk mengajar para santri.
Pada akhir tahun 1980-an semakin banyak santri baru, santri baru tesebut diantaranya adalah alumni pesantren besar dan juga ada alumni PT (perguruan tinggi) umum, hal tersebut dimanfaatkan untuk ikut membantu mengajar santri-santri yang lain, namun belum bisa berjalan efektif karena pola pikir para santri masih tertuju pada tahfidhul Qur'an dan tidak menganggap penting disiplin ilmu yang lain seperti fiqih, nahwu DLL.
Awal tahun 1990-an belum lama setelah mu'assis wafat dan pesantren dalam keadaan fakum, mulai dirintis kuikulum pendidikan diniyah yang di dalamnya terdapat program tahfidhul qur'an sehingga tahfidhul qur'an masuk dalam kurikulum pendidikan diniyah, namun pada saat itu kondisi santri sangat labil sepeninggalan mu'assis dan menyebabkan program diniyah belum bisa dijalankan.
Pada awal tahun 1995 salah seorang putra beliau pulang dari pesantren Al-Falah Ploso, dan beliau (putra mu'assis/Agus Abdul Mun'im Syadzili) merasa prihatin melihat para hafidh dan hafidhoh yang tidak memahami ilmu agama (fiqih, nahwu, shorof DLL), maka diwajibkan bagi para santri untuk ikut pengajian kitab-kitab kuning (kitab salaf) dan bagi yang menolak ikut dipersilahkan untuk pulang.
Tahun 1998 program kurikulum diniyah mulai bisa dijalankan, namun para santri masih menganggap program tersebut sebagai penghambat cita-cita mereka untuk menjadi seorang hafidh dan hafidhoh, sehingga menyebabkan mereka merasa terpaksa mengikuti program tersebut.
Tahun 2000-2004 mulai ada perkembangan, para santri tidak terpaksa lagi untuk mengikuti program diniyah, tapi mereka menganggap program diniyah sebagai program sampingan sehingga mereka tidak mau belajar pelajaran diniyah.
Pada tahun 2004-sekarang Al-hamdulillah para santri sudah menyadari betapa pentingnya disiplin ilmu yang lain seperti fiqih, nahwu, shorof DLL. Dan program diniyah dilaksanakan dengan tertib, program diniyah dilaksanakan menggunakan system klasikal yang disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing, tetapi karena sarana dan prasarana yang tidak representatif dan tenaga guru yang belum terfokus pada proses pendidikan maka belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Dengan pengalaman yang begitu panjang maka mulai tahun 1429 H / 2008 M mulai diproses system pendidikan baru yang mengacu pada system pendidikan berbasis kompetensi yang lebih dilenal dengan istilah KBK (kurikulum berbasis kompetensi), dan untuk mempertahankan system yang telah dirintis oleh mu'assis maka setoran hafalan Al-Qur'an tetap dilakukan satu persatu (bergantian) sedangkan makro' yang harus dihafal oleh para santri dibacakan dengan cara kolektif, bagi para santri yang akan menyetorkan hafalannya dan secara kebetulan hafalan tersebut sama dengan yang dibacakan oleh pengasuh maka santri tersebut harus menyimak dengan seksama makro' yang dibacakan oleh pengasuh.
Demikian sejarah singkat pendirian PPSQ Asy-Syadzili dan sejarah pendidikan yang dilaksanakan di PPSQ Asy-Syadzili, mudah-mudah Allah SWT. Selalu memberikan taufiq, hidayah, inayah dan ma'unah pada kita semua. Amien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar